Contents

Sungai Maron dan Goa Gong: bersama Putri Meibawati

Contents

Putri adalah teman kami yang tersayang. Lahir di tahun 1997, dia selalu mencintai alam dan dunia fotografi.

Dia memulai babak baru di kehidupannya setelah lulus dari SMAK Frateran Malang, Jawa Timur. Kini, dia adalah seorang konsultan perjalanan dan menyimpan kenangan indah dari petulangannya di beberapa tempat terindah di Indonesia. Pacitan adalah salah satu tujuan favoritnya.

Featured image
Putri Meibawati

Mari mendengarkannya bercerita tentang Sungai Maron dan keindahan alam sekitarnya!


Berlokasi di barat daya provinsi Jawa Timur, Pacitan dikenal dengan sebutan Kota Seribu Satu Gua. Di antara banyaknya keajaiban alam, kalian akan menemukan Sungai Maron di sini, yang dikenal sebagai Amazon-nya Indonesia. Dengan air sebening kristal dan kedalaman rata-rata 20 meter, sungai ini adalah rumah bagi ikan kakap merah.

Cara mudah untuk menuju ke sana adalah memilih perjalanan dari Malang Kalian bisa menuju Malang dengan pesawat terbang, tiba di Abdurahman Saleh, kemudian menyewa mobil dari sana.

(Dela) Kebetulan aku memiliki bisnis rental mobil, mari hubungi aku untuk merencanakan liburanmu! Di situ aku menawarkan perjalanan pulang pergi dari Malang-Pacitan-Malang. Hanya dengan biaya Rp 1.500.000 kamu sudah mendapatkan fasilitas mobil keluarga berkapasitas 5 orang, termasuk driver, biaya tol, parkir, makanan ringan dan air minum.

Sebagai aturan umum, hindari melakukan perjalanan ini selama musim hujan, karena sungai akan meluap, keruh dan tidak dapat dinikmati.

Jika kalian memulai perjalanan pagi, jangan sampai kelewatan untuk menikmati matahari terbit saat berkendara menuju Pacitan. Lihatlah cakrawala ketika matahari mengintip keluar dan menikmati pemandangan indah mulai dari tebing tinggi, bukit, sawah dan sungai, yang semuanya dihidupkan oleh mentari pagi.

Maron River: Chilling on boats while navigating the Maron River.

Maron River: Chilling on boats while navigating the Maron River.

Ketika tiba di dermaga sungai Maron, kalian akan melihat perahu-perahu yang dimiliki oleh penduduk setempat. Aku sarankan untuk mencoba kegiatan susur sungai dengan penduduk setempat. Ada cukup ruang untuk 6 orang di atas perahu sampan, dan biayanya sangat terjangkau: hanya Rp 100.000 hingga Rp 150.000.

Pengemudi perahu sampan tak lain adalah si pemiliknya. Dalam waktu kurang lebih satu jam, kalian akan dibawa menjelajah sungai dengan panjang 5 km tersebut.

Sungai Maron ini mengalir ke Pantai Ngiroboyo. Sebelum jalanan dibangun, untuk mencapai pantai penduduk seringkali mengikuti ke mana arah sungai ini mengalir. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar sungai Maron memiliki perahu sampan, dan menggunakannya sebagai alat transportasi pribadi.

Sungai memiliki peran penting dalam perekonomian daerah setempat, karena mempermudah penduduk memindahkan hasil kebun yang di panen dari desa, sementara menggunakan transportasi darat bukanlah pilihan karena lebih sulit untuk dilakukan.

Salah satu alasan utama untuk mengunjungi sungai Maron adalah adanya pepohonan kelapa dan varietas pohon besar lainnya, lalu pemandangan luar biasa yang sebanding dengan hutan Amazon. Menyusuri sungai yang diselimuti pepohonan tropis adalah pengalaman yang mengesankan, seolah-olah membuat kita terhubung kembali pada keadaan purbakala.

Maron River: a little bit of tree dangling!.

Maron River: a little bit of tree dangling!.

Setelah kalian mencapai pantai Ngiroboyo disarankan untuk turun dari perahu. Pemandu akan dengan senang hati menunggu kalian menghabiskan sedikit waktu di pantai, di mana kalian dapat menikmati hamparan pasir dan matahari, pemandangan indah sebuah hutan di belakang, dan lautan di hadapan kalian.

Masih ingat dengan julukan Pacitan sebagai Kota 1001 Goa? Jadi begini: kalian tidak boleh melewatkan Goa Gong jika berkunjung ke Pacitan!

Alam memang seniman yang tidak tertandingi, dan pastinya kita tak akan mampu untuk melukis sepandai alam. Untuk melukis selembar kanvas memerlukan waktu ribuan tahun bagi sapuan kuasnya sebelum akhirnya selesai, seperti stalaktit dan stalagmit yang menghiasi dinding Goa Gong: tak lain adalah hasil dari kesabaran selama puluhan ribu tahun dan air yang terus menerus menetes.

Stalactites and stalagmites in the Gong Cave: spectacular colourful lighting. Courtesy of Muhammad Bima Sakti: @muhammadbimasakti

Stalactites and stalagmites in the Gong Cave: spectacular colourful lighting. Courtesy of Muhammad Bima Sakti: @muhammadbimasakti

Namanya yang unik berasal dari cerita kuno. Masyarakat sekitar kerap mendengar bunyi gong di malam hari, konon bunyi tersebut berasal dari sebuah batu yang akan mengeluarkan bunyi layaknya sebuah gong ketika dipukul.

Pemandangan yang akan ditawarkan bagi mata manusia begitu memasuki ruang ajaib ini tidaklah seperti yang pernah kalian lihat. Goa Gong memiliki reputasi tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh Asia Tenggara. Kedalamannya mencapai 256 meter, dengan 5 kolam di dalamnya:

  • Kolam Rogo
  • Kolam Panguripan
  • Kolam Jiwo
  • Kolam Kamulyan
  • Kolam Ralung Nisto
Exploring the Gong Cave. Courtesy of Gilang Permana: @gepemoto

Exploring the Gong Cave. Courtesy of Gilang Permana: @gepemoto

Ini adalah goa bagian bawah tanah, dan salah satu alasan mengapa kepopuleran goa ini terdengar hingga se-Asia Tenggara disebabkan adanya sebuah ruangan raksasa sepanjang 100 meter dan setinggi 30 meter!

Pada umumnya perlu waktu 2 jam untuk menikmati suasana dalam goa ini. Kamu juga bisa menyewa guide dengan tarif Rp 50.000.

Aku harap kamu menikmati sedikit perjalananku di salah satu sudut kecil negeri Indonesia ini. Terus ikuti cerita perjalanan temanku, Dela dan Alex ya! Dan kalau kamu tertarik dengan petualangan yang telah aku lakukan, kamu dapat mengikutiku secara langsung melalui Instagram: @putrimeibawati

Putri